BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Teknologi pada hakikatnya adalah alat untuk mendapatkan nilai
tambah menghasilkan produk yang bermanfaat. Teknologi telah mempengaruhi
manusia dalam kehidupannya sehari-hari, sehingga jika ‘gagap teknologi’ akan terlambat
menguasai informasi, dan akan tertinggal pula untuk memperoleh kesempatan untuk
maju. Dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi itu,
pendidikan dapat menjangkau seluruh lapisan masarakat yang tinggal di berbagai
tempat, di kota, desa, bahkan di daerah terpencil atau pedalaman sekalipun,
sehingga upaya pemerataan pendidikan dapat terlaksana.
Pendidikan
merupakan proses yang berlangsung seumur hidup yaitu pembelajaran sejak lahir
hingga akhir hayat yang diselenggarakan secara terbuka dan multi makna.
Pembelajaran sepanjang hayat (life long
learning) berlangsung secara terbuka melalui jalur formal, non formal, dan
informal yang dapat diakses oleh peserta didik setiap saat, tidak dapat
dibatasi oleh usia, tempat, dan waktu (Warsita, 2011: 3). Pembelajaran dengan
sistem terbuka atau sistem pembelajaran jarak jauh diselenggarakan dengan
fleksibilitas pilihan dan waktu penyelesaian program lintas satuan dan jalur
pendidikan (multi entry-multy exit system).
Mengingat kondisi Indonesia yang ada, baik
kondisi sosial ekonomi, geografis, kesempatan memperoleh pendidikan bagi setiap
warganya dengan jumlah penduduk yang banyak, SDM pendidik yang berkualitas
terbatas, anggaran pendidikan yang terbatas menjadikan pendidikan jarak jauh sulit
untuk diselenggarakan. Padahal pembelajaran jarak jauh memungkinkan masyarakat
yang ada di daerah memperoleh informasi dan pendidikan karena pembelajaran
jarak jauh adalah suatu model pembelajaran yang membebaskan pembelajar untuk
dapat belajar tanpa terikat oleh ruang dan waktu dengan sedikit mungkin bantuan
dari orang lain. Pada pembelajaran jarak jauh tidak ada kontak langsung antara
instruktur dengan pembelajar. Proses pembelajaran dilakukan dengan perantaraan
media pembelajaran yang saat ini sebagian besar dalam bentuk pemanfaatan TIK
yang dirancang secara khusus.
B.
Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas,
maka dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut, yaitu :”Bagaimanakah
menerapkan sistem pembelajaran jarak jauh pada daerah dengan kondisi sosial
ekonomi, geografis dan SDM pengelola yang terbatas?”
C.
Tujuan
Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan
pentingnya pendidikian bagi seluruh warga Negara seperti tertuang di dalam
pasal 28 B ayat 1 bahwa setiap orang berhak mengembangkan diri melalui
pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan, dan mendapatkan
manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan
kualitas hidupnya demi kesejahteraan umat manusia. Setiap warga negara berhak
mendapatkan kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat. Oleh karena itu
tujuan dari makalah ini adalah membahas bagaimana penerapan pembelajaran jarak
jauh bagi guru-guru sekolah untuk meningkatkan kualitas profesionalisme guru.
BAB
II
KAJIAN
TEORI
A.
Pengertian Teknologi Informasi dan
Komunikasi
Teknologi informasi dan komunikasi adalah
studi atau penggunaan peralatan elektronika, terutama komputer, untuk
menyimpan, menganalisis, dan mendistribusikan informasi apa saja, termasuk
kata-kata, bilangan, dan gambar. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi
ini diharapkan mampu meningkatkan keberhasilan belajar pembelajar, penurunan
tingkat putus sekolah, penurunan tingkat ketidakhadiran di kelas, dan
pemerataan memperoleh kesempatan pendidikan yang dapat menjangkau seluruh
masyarakat dari berbagai lapisan yang bertempat tinggal di mana pun.
Peranan
teknologi informasi dan komunikasi dalam pendidikan adalah:
1.
Menggantikan peran manusia, yaitu dengan melakukan kegiatan
otomasi suatu tugas atau proses.
2.
Memperkuat peran manusia yaitu menyajikan informasi, tugas, atau
proses.
3.
Melakukan restrukturisasi atau melakukan perubahan-perubahan
terhadap suatu tugas atau proses.
B.
Pengertian Pembelajaran Jarak Jauh
Pembelajaran jarak jauh adalah
pembelajaran dimana peserta didik berjarak jauh dari pendidik sehingga
pembelajaran tidak dapat dilakukan dengan cara tatap muka, maka penyajian
materi pembelajaran kepada peserta didik dilakukan melalui media (Setaidji dkk,
dalam Warsita, 2011: 15). Ini berarti dalam proses
pembelajaran tidak terjadinya kontak dalam bentuk tatap muka langsung antara
pengajar dan pembelajar. Komunikasi berlangsung dua arah yang dijembatani
dengan media seperti komputer, televisi, radio, telephon, internet,
video dan sebagainya.
Pembelajaran jarak jauh merupakan
bentuk belajar mandiri yang terorganisasi secara sistematik, dimana bimbingan
kepada siswa, penyajian bahan belajar, keyakinan, dan supervise terhadap keberhaislan siswa diselenggarakan oleh satu tim
pengajar yang masing-masing mempunyai tanggungjawab tertentu. Hal ini
memungkinkan dilakukan dari jarak jauh dengan menggunakan media yang menjangkau
jarak jauh (Dohmein dalam Suparman dan Zuhairi, 2009: 8).
C. Peran
TIK dalam Pembelajaran Jarak Jauh
Beberapa peran teknologi
informasi dan komunikasi yang dapat memfasilitasi pembelajaran jarak jauh
adalah:
a.
Asynchronous
discussion. Pada pembelajaran online, para pembelajar
dapat menggunakan waktu disesuaikan dengan kebutuhannya masing-masing di dalam
merefleksikan, berdiskusi dan memberikan komentarnya. Kondisi ini dapat
meningkatkan kualitas diskusi dan merubah psikologi dan sosiologi komunikasi.
Selain itu dapat mengembangkan strategi yang berbeda di dalam pemecahan masalah
diantara para pembelajar.
b.
Instructor
control of online conference and roles. Dengan konferensi online,
pengajar dapat mengendalikan keanggotaan setiap pembelajarnya, peran
pembelajar, dan memungkinkan memantau pelaksanaan diskusi. Beberapa kelompok
dapat pula mengembangkan online sendiri di dalam berdiskusi lebih lanjut
ataupun di dalam berdiskusi dalam melaksanakan tugas, sehingga dapat
memfasilitasi suatu team work.
c.
Questions and answer communication protocol. Pengajar
dapat melontarkan pertanyaan selama diskusi berlangsung. Pengajar dapat
mengendalikan siapa yang sudah menemukan jawabannya dengan mencegah pembelajar
lainnya untuk dapat mencontek, sampai mereka sendiri benar-benar menemukan
jawabannya.
d.
Anonymity and pen name signatures. Ketika
pembelajar bekerja menjadi bagian dari diskusi yang sedang berlangsung, mereka
dapat memanfaatkan pengalaman kehidupan nyata di dunia kerjanya untuk
memberikan illustrasi atas pemahaman konsep yang diajarkan oleh pengajar.
Misalnya, berupa komentar yang dapat memberikan makna yang lebih kepada
pembelajar yang sedang belajar melengkapi apa yang diajarkan oleh pengajar.
Selain itu, memungkinkan juga adanya nama samaran sehingga seseorang mampu
mengembangkan personalnya tanpa diketahui identitas sebenarnya, dan secara
ekstrim sangat berguna di dalam pembelajaran yang mengharapkan adanya permainan
peran seperti metode pembelajaran kolaboratif.
e.
Membership status lists. Pemantauan
aktivitas seperti membaca dan memberikan respon di dalam komunikasi,
memungkinkan pengajar mengetahui apa yang masing-masing pembelajar telah baca
dan seberapa up-to-date
setiap di dalam forum
diskusi. Hal ini memungkinkan pengajar mendeteksi
apabila terjadi ada pembelajar yang tertinggal pelajarannya. Kelompok
pembelajar kolaboratif dapat mengusahakan setiap orang di dalam tim up-to-date.
Setiap pembelajar dapat dengan mudah membandingkan frekuensi dan kontribusi
relatifnya bagi pembelajar lainnya di dalam pembelajaran.
f.
Voting. Akses yang mudah di dalam kelompok
ataupun individual untuk memberikan pendapatnya dapat pula dalam bentuk voting.
Voting tidak hanya digunakan ketika membuat keputusan, lebih kepada
fungsinya untuk mengeksplor (menggali) dan menemukan yang disepakati dan apa
yang tidak disepakati atau ketidakpastian, sehingga kelas dapat secara fokus
melanjutkan diskusi. Dimungkinkan pula pembelajar merubah pendapatnya kapan
saja selama diskusi berlangsung.
g.
Special purpose scaling methods. Metode
yang berguna ini dapat menunjukkan kesepakatan kelompok yang sesungguhnya dan
meminimalkan ambiguisitas. Ada suatu sistem yang memungkinkan setiap pembelajar
pada akhir pembelajarannya mengungkapkan apa yang mereka pikirkan paling
penting dari apa yang sudah dipelajarinya.
h. Information
overload. Hal ini dapat terjadi jika antusiasme pembelajar di
dalam diskusi sangat tinggi, dengan banyaknya pembelajar saling memberikan
komentar, sehingga terjadi kelebihan informasi. Masalah ini dapat diatasi
dengan membatasi ukuran kelompok yang dapat ditangani oleh media teknologi
informasi dan komunikasi yang digunakan. Diskusi online memungkinkan
setiap individu untuk memberikan komentar kapan saja tanpa perlu menunggu orang
lain berkomentar terlebih dahulu.
D. Penerapan
TIK dalam Pembelajaran Jarak Jauh
Penerapan
TIK pada bidang pendidikan telah memberikan kontribusi bagi perkembangan
teknologi pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran sehari-hari sering
dijumpai kombinasi teknologi audio/data, video/data, audio/video, dan internet.
Internet merupakan alat komunikasi yang murah dimana memungkinkan terjadinya
interaksi antara dua orang atau lebih. Kemampuan dan karakteristik internet
memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar jarak jauh (E-Learning) menjadi
ebih efektif dan efisien sehingga dapat diperoleh hasil yang lebih baik. Dengan
hadirnya e-learning setiap
siswa bisa mengakses materi pembelajaran yang disediakan melalui situs. Siswa
bisa berinteraksi dengan guru atau dengan siswa lain tanpa harus harus hadir
dikelas. Materi pembelajaran online, membuat siapa saja bisa mengakses materi
tersebut tanpa dibatasi oleh jarak dan waktu. (http://blog.politeknik
telkom.ac.id/30212033/2012/06/20/peranan-tik-dalam-bidang-bisnis-pendidikan-kesehatan-dan-pemerintahan/)
PJJ diselenggarakan dalam berbagai pola pembelajaran yang
pada dasarnya mengandalkan tersedianya berbagai sumber belajar.
1.
Komunikasi
Dua Arah
Komunikasi dua
arah biasanya dilakukan dengan media elektronik. Orang menyebutnya sebagai
tutorial elektronik melalui internet.
2.
Telepon
Dalam jenis
belajar jarak jauh yang meliputi pendekataan korespondensi dan tatap
muka,telepon memegang peranan penting. Di Indonesia penggunaan telepon untuk
kepentingan pengajaran masih terlalu mahal, namun dengan penerapan teknologi
komunikasi yang baru yang disebut dengan Voice Over baik percakapan maupun data.dengan biaya
sambungan telepon jarak jauh biasa.
3.
Jaringan
Televisi Kabel Dua Arah
Jaringan
televisi yang ada memungkinkan pertukaran,baik percakapan maupun data. Peserta
didik dapat meminta dan membaca informasi melalui televise, selain dari
menerima bahan ajar cetak melalui pos. TV dapat menyiarkan gambar-gambar dan
film. Masing-masing orang dapat membentuk kelompok temporer yang dapat
berbicara satu sama lain. Saluran-saluran siaran yang cukup luas memungkinkan
untuk mengirim program-program pendidikan ke pesawat televise.
4.
Pendidikan
Jarak Jauh dengan Bantuan Kompouter (Computer-Assisted
Distance Education (CADE))
Dalam CADE
pekerjaan instruktur secara meluas diambil alih oleh computer. Program computer
menganalisis jawaban-jawaban peserta didik untuk mendesain
pertanyaan-pertanyaan pilihan ganda dengan teliti. Komentar-komentar pribadi
berupa surat kepada siswa dicetak dengan computer.
5.
Satelit
Penggunaan
satelit dialkukan melalui papan tulis computer serta dilihat dan didengarkan
oleh peserta di tempat-tempat lain di wilayah lainnya. Selanjutnya Tanya jawab
dilangsungkan antara pemberi kuliah dengan peserta.
6.
Media
Massa: Radio dan Televisi Pendidikan
Kontribusi
terbesar dari siaran pendidikan adalah pendekatan visual dan oral dan
penekanannya pada belajar daripada mengajar baik pada kelompok pelajar maupun
pengajar.
7.
Internet
Dalam
pembelajaran jarak jauh belajar e- dikembangkan untuk meningkatkan pelayanan
kepada peserta didik misalnya melalui bahan pendukung belajar berbasis
internet, tutorial online, kuliah online, serta akses mahasiswa terhadap nilai
ujian secara online yang lenih baik. Sistem belajar melalui internet
menghendaki kesiapan belajar mandiri peserta didik.
BAB
III
PENUTUP
A.
Pemecahan Masalah
Untuk
menjawab permasalahan yang telah diuraikan di atas, berikut ini beberapa
pemecahan masalah yang dapat dilakukan
1. Mengadakan pemerataan pendidikan ke berbagai
tempat, bahkan ke tempat terpencil atau pedalaman sekalipun.
2. Memperluas bandwith dan ketersediaan
akses internet untuk memperlancar koneksi sehingga tidak ada informasi yang
terganggu maupun terputus denganmengadakan kerjasama dengan pihak-pihak terkait
3. Meluruskan paradigma bahwa lulusan
dari program ini, tidak terjamin kwalitasnya dengan cara mempromosikan program
ini sebaik dan semenarik mungkin, karena lulusan ini tidak kalah saing dengan
studi secara regular atau normal.
4. Melakukan terobosan baru dan kreatif
dalam penyampaian materi sehingga tidak menjenuhkan.
B. Kesimpulan
Teknologi informasi
& telekomunikasi akan menghilangkan batasan-batasan ruang & waktu yang
selama ini membatasi dunia pendidikan. Dengan demikian, peserta didik dapat
mengambil mata kuliah di manapun di dunia tanpa terbatas oleh institusi dan negara,
siswa dapat mudah berguru pada pakar dan ahli di bidang yang diminati. Untuk setiap
pembelajaran dapat dengan mudah memperoleh materi dari berbagai sumber, cara
penyampain materi yang beragam dengan audio visual yang beberapa terkoneksi
langsung ke internet memperkaya peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Belawati, Tian. Prinsip-prinsip Pengelolaan Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh.
Jakarta: Universitas Terbuka. 2000.
Suparman, Atwi & zuhairi Aminudin.
Pendidikan Jarak Jauh Teori dan Praktek.
Jakarta: Universitas Terbuka. 2009.
Warsita, Bambang. Pendidikan Jarak Jauh. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2011.
file.upi.edu/…TIK/PJJ_TIKPembelajaran_Jarak_Jauh_Berbasis_Online_dan_WEB.pdf
(Diakses tanggal 26 Januari 2013)
http://blog.politeknik
telkom.ac.id/30212033/2012/06/20/peranan-tik-dalam-bidang-bisnis-pendidikan-kesehatan-dan-pemerintahan/ Diakses tanggal 26 Januari 2013)
www.slideshare.net/khamadiyah/makalah-pemanfaatan-tik-melalui-pembelajaran-jarak-jauh-khamdiyah-11746339 (Diakses tanggal 26 Januari 2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar